Lada Bangka Kualitas Terbaik

lada 2Wow! Lada Bangka Kualitas Terbaik Mencapai Rp 200.000/kg

Indonesia yang kaya akan rempah-rempah memang sudah diakui banyak negara di dunia sehingga pada zaman era sebelum kemerdekaan banyak penjajah asing yang masuk untuk menguasai kekayaan alam yang dimiliki negara ini. Yang salah satunya negara Belanda yang pernah menjajah negeri ini tidak tanggung-tanggung menjajah selama 350 tahun. Oleh karenanya kita sebagai warga negara tentunya wajib menjaga kekayaan alam dan berusaha untuk melestarikan agar kekayaan alam tersebut mampu bertahan hingga ke anak cucu kita kelak nanti. Begitu banyaknya rempah-rempah yang biasanya dimanfaatkan untuk bumbu masakan seperti cabai, kunyit, jahe, lengkuas, lada, kemiri dan sebagainya.

 

Di provinsi Kepulauan Bangka Belitung ada jenis rempah-rempah yang terkenal pada umumnya digunakan sebagai bumbu masakan yaitu Lada.Lada atau disebut juga dengan merica dengan ciri khas rasanya yang pedas. Beberapa manfaat lada seperti lada hitam dapat meningkat fungsi saluran pencernaan, pedasnya lada dapat mengobati beberapa masalah kesehatan seperti rasa nyeri dan radang, piperin yang terkandung dalam lada bermanfaat untuk membakar lemak.

 

Jenis rempah ini tumbuh merambat yang dapat tumbuh 4 meter dengan bertopang pada pohon atau tiang dan tumbuh ditanah yang tidak terlalu kering serta kaya bahan organik. Kalau buah lada dipetik setelah masak kemudian dimasukkan ke dalam karung, direndam air sampai lapisan kulit luarnya hancur, digilas, dicuci bersih dan dijemur maka jadilah lada putih. Sedangkan lada hitam dihasilkan dari buah yang dipetik muda lalu dikeringkan dengan cara dijemur hingga menjadi lada hitam.

 

Provinsi Bangka Belitung sebagai penghasil timah juga merupakan penghasil lada dengan kualitas terbaik di Indonesia. Bermula dari sejarah penambangan timah di era Kolonial Belanda sekitar pada tahun 1880-1930. Dikarenakan perubahan sistem penambangan timah dari manual ke mekanik, banyak buruh yang beralih ke sektor pertanian dengan membudidayakan lada putih yang bermula di Kota Muntok.

 

Lada (sahang dalam bahasa Bangka) dibudidayakan dengan stek sekitar 40-50 cm, kemudian diikat di tiang atau pohon sebagai tempat merambatnya. Lada biasanya dapat dipanen ditahun kedua dan selanjutnya terus berbuah sampai tujuh tahun. Satu batang lada akan menghasilkan 20 sampai 30 rumpun buah. Untuk perawatan tunas lada dipangkas dua kali setahun dan pada tanah kering tanaman muda membutuhkan penyiraman setiap hari selama musim kemarau untuk tiga tahun pertama.

 

Saat ini banyak masyarakat Bangka yang memulai atau mengembangkan budidaya lada dikarenakan harga lada yang cukup tinggi mencapai Rp175.000-Rp200.000 per kilonya sehingga membuat masyarakat sadar akan produksi timah yang saat ini semakin berkurang.

Bagikan